Friday, May 30, 2014

LAporan Tekstur Tanah

I.    PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Pada tanah yang tersebar luas ditemukan berbagai perbandingan susunan butiran tanah. Suatu susunan butiran menentukan sifat-sifat fisik tertentu pada tanah. Demikianlah dikenal berbagai kelas-kelas susunan butiran tanah yang disebut kelas tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara ketiga fraksi tanah, yaitu fraksi pasir, debu dan liat. Perbandingan ketiga fraksi tersebut menentukan kekasaran dan kehalusan suatu tanah untuk kepentingan pertanian, maka tanah yang ideal adalah tanah yang mempunyai perbandingan yang komposisional diantara ketiga fraksi tersebut.
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga fase, yaitu padat, cair dan gas. Fase padat yang hampir 50 % menempati volume tanah yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan organik. Dalam tanah terdapat pori-pori tanah yang berbeda antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair dan gas. Data tekstur juga sangat penting untuk tata evaluasi air tanah, retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur tanah dan struktur tanah, dimana tekstur adalah ciri tanah yang paling permanen dan paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.

1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kelas tekstur tanah dengan perbandingan antara fraksi liat, fraksi debu, dan fraksi pasir pada lapisan tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.                            Kegunaan praktikum ini yaitu sebagai bandingan informasi untuk membedakan kandungan tekstur tanah yang ada dilapangan dengan di laboratorium dengan menggunakan metode laboratorium.
                                    II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi paasir, debu, dan liat. Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dikenal adalah 12 tekstur (Yulius dkk, 1997).                                                                                                                                      
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh pebandingan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari ketiga unsur batuan yaitu: pasir, geluh, dan lempung.   (Prawirahartono, dkk, 1991).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, 1994).
Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat dikelompokkan sebagai fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ), dan liat (< 2 µ)      (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).


Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horizontalnya lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu, sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi > 2 mm pada persiapan tanah untuk analisa, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Telah diketahui bahwa pasir dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).


2.2.            Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode. Pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim atau seperiode. Pengaruh curan hujan ialah sebagai pelarut dan pengangkut maka air hujan akan mempengaruhi: (1) komposisi kimiawi mineral penyusun tanah, (2) kedalaman dan diferensiasi profil tanah,  (3) sifat fisik tanah. Pengaruh temperatur setiap kenaikan temperatur akan meningkatkan penigkatan laju reaksi kimiawi menjadi 2 kali lipat. Meningkatkan pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan peningkatan temperatur. Hubungan antara temperatur dan pertumbuhan tanaman serta akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah jumlah antara hasil penambahan bahan organik, laju mineralisasi bahan organik dan kapasitas tanah melidungi bahan organik dari mineralisasi (Hanafiah, 2005).
Tofografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan tofografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk pada daerah lereng infiltrasi. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.
 Ada dua jenis pengaruh penyebab tofografi yaitu:
§  Pengaruh slope/lereng
Kemiringan lereng berpengaruh pada genesis tanah. Semakin tanah curam lereng makin besar erosi tanah. Hal yang mengakibatkan terhambatnya genesis tanah oleh karena  pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebih kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang. Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.
·           Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah mempunyai drainase baik pada slope yang muka air tanah jauh di bawah permukaan tanah. Tanah yang berdrainase buruk ditandai dengan muka air yang muncul di permukaan tanah yang menyebabkan terjadinya kondisi aerobik dan reduksi. Tanah yang berdrainase buruk mempunyai horison A biasanya berwarna gelap oleh karena tingginya bahan organik, tapi horison bawah pemukaannya cenderung kelabu. Tanah berdrainase baik, mempunyai horison A yang warnanya lebih terang dan horison bawahnya seragam lebih gelap (Hanafiah, 2005).



Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi tanah. Humus akan menyediakan nutrisi dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel tanah ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral. Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus (Hanafiah, 2005).
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah tanah yang semakin tua juga akan semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Tanah muda hasil pembentukan horizon C dan horizon A. Tanah dewasa yaitu hasil pembentukan horizon B yang masih muda (Bw). Tanah tua merupakan tanah dari hasil pencucian yang terus menerus berlanjut sehingga tanah tersebut menjadi kurus dan masam. Perlu diketahui bahwa tingkat perkebangan  tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan horizon horizon tanah, sedangkan tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).
Pembentuk bahan induk yang terbentuk dari batuan induk keras di dominasi oleh proses disentegrasi secara fisik dan dekomposisi kimiawi partikel mineral dalam batuan tersebut. Bahan induk yang berasal dari batu pasir. Pada batu kapur tanah terbentuk dari sisa-sisa bahan yang tidak larut setelah kalsium dan magnesium karbonat terlarut dan terkunci. Liat adalah bahan yang dapat ditemui pada batu kapur, yang kemudian menjadikan tanah bertekstur halus. Bahan induk yang di turunkan dari sedimen dibawah oleh air. Sedimen alluvial  terjadi pada lereng terjal dimana gravitasi adalah kekuatan utama yang menyebabkan gerakan dan sedimentasi. Sedimen alluvial adalah bahan induk yang penting di areal bergunung/berbukit dan ditemui dimana-mana oleh karena penyebaran oleh banjir dan sungai. Bahan induk yang tersusun 100% pasir kuarsa tidak akan hancur untuk mengahasilkan partikel koloid. Bahan induk yang bertekstur pasir akan mendukung perkembangan horison bahasa daerah (humid). Bahan induk yang tersusun atas partikel inter media akan berkembang menjadi berbagai jenis tanah. Tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi genesis tanah melalui proses infiltrasi dan erosi. Permeabilitas dan translokasi material dalam air, proteksi dan akumulasi bahan organik dan ketebalan solum (Foth, H.D. 1990).


           



III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) dilaksanakan pada hari Selasa,        12 November 2013, pada pukul 13.00 WITA – selesai di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah timbangan/neraca, botol tekstur 1000 ml, cawan  1 buah, sprayer, corong,  saringan 0,05 mm, mesin pengocok (mixer),  pengaduk, silinder sedimentasi, desikator, hidrometer, termometer, dan oven.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah sampel tanah kering udara, larutan Calgon 0.05%, aquadest, tissu rol, dan kertas label.
3.3. Prosedur Kerja
Urutan kerja pada praktikum yang telah dilakukan adalah :
-     Menghaluskan sampel tanah kering udara.
-     Menimbang 20 gram tanah kering udara, dengan  butir-butir tanah berukuran kurang dari 2 mm.
-     Memasukkan tanah tersebut ke dalam botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan Calgon 0.05%  dan aquadest secukupnya
-     Mengocok  dengan mesin pengocok selama ± 5 menit.
-     Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml yang diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0.05 mm dan membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
-     Menyemprot dengan sprayer sambil mengaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
-     Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam cawan kemudian memasukkan ke dalam oven bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam, selanjutnya memasukkannya ke dalam desikator dan menimbangnya hingga berat pasir diketahui.
-     Mencukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 1000 ml.
-     Mengangkat silinder sedimentasi, menyumbat baik-baik dengan karet lalu mengocok dengan membolak-balik tegak lurus 1800C sebanyak 20 kali.
-     Menuangkan 3 tetes amyl alkohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
-     Memasukkan hidrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati setelah 15 menit
-     Setelah 40 detik, membaca dan mencatat pembacaan hidrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1).
-     Mengeluarkan hidrometer dari suspensi dengan hati-hati
-     Setelah menjelang 8 jam, memasukkan hidrometer dan mencatat pembacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).
-     Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan :
Berat debu dan liat =      -     0,5  .............(a)
Berat liat               =                 ............(b)
Berat debu              = Berat (debu + liat) – Berat liat  ...........(a+b)
1.      Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
% Pasir                  =  x 100 %
% Debu     =  x 100 %
% Liat                   =  x 100 %
2.      Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur
            

 http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT4eCN4CSS20i6syBe3FP6xDYlGvi424n_5DYVDR-EfjlSE1CEQ
                  Gambar segitiga tekstur (USDA)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan analisis dan perhitungan yang dilakukan di laboratorium, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.  Hasil Analisis Perhitungan Tekstur Tanah
Lapisan Tanah
Persentase (%)
Bentuk Tekstur
Pasir
Debu
Liat
I
2,00
30,12
67,87
Liat
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
4.2 Pembahasan
Dari data yang diperoleh diatas dapat dijelaskan bahwa tanah pada lapisan pertama mengandung fraksi pasir sebanyak 2,00%, debu 30,12%, dan liat 67,87% yang dimana jika hasil yang didapat dimasukkan ke dalam segitiga tekstur maka bentuk teksturnya berupa liat. Menurut pendapat Pairunan, dkk (1985), menyatakan bahwa tanah yang mengandung 40% liat atau lebih dimasukkan kedalam kelas tanah bertekstur liat.
Pada lapisan I persentase fraksi liat lebih besar dari pada persentase fraksi debu dan pasir. Sehingga lapisan I memiliki tekstur liat (clay). Lapisan tersebut bertekstur liat karena persentase liatnya lebih besar dari 50 % sehingga tanah tersebut termasuk dalam tekstur liat. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa  apabila  persentase  kejenuhan  suatu  tanah  lebih  dari 50 %   maka  tanah

tersebut termasuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan  yang masing-masing lapisan yang relatif besar dan kemampuannya mengikat air. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Darmawijaya (1990) bahwa, perbedaan persentase penyusun suatu tanah dipengaruhi oleh kemampuan penyusun tanah mengikat air yang tinggi.
            Tekstur liat merupakan tekstur yang halus. Hal ini dikemukakan oleh Hardjowigeno (2003), bahwa tanah bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar, sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur liat lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur pasir.





V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
-          Lapisan I pada profil tanah dalam di lahan perkebunan termasuk dalam terkstur lempung berpasir dengan persentasenya yaitu persentase pasir sebesar 62,1 %, persentase debu sebesar  30,2 %, persentase liat sebesar 68,1 %,
-          Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu mineral/bahan induk, umur relatif tanah, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, tata udara, dan pengikatan unsur hara.
5.2  Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka  pada lahan ini sebaiknya perlu dilakukan pengolahan tanah karena tanah ini termasuk kurang subur terutama untuk lahan perkebunan. Selain itu, saran yang dapat diberikan yaitu dari hasil pengamatan tekstur tanah ini maka dapat dijadikan tolak ukur kesuburan dan ketahanan tanah sebelum dijadikan media untuk menanam jenis tanaman yang di inginkan.







DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M.I. 1990. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian  di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas. Press. Bulaksumur.
Foth, Hendry D. 1990. Dasar-Dasar Ilmu TanahErlangga, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
           . 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
           . 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung
Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada: Jakara.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2002,  Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
            . 2003,  Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Pairunan, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur: Makassar.
Prawirohatono, 1991. Genesa Tanah. “Batuan Pembentuk Tanah”. Penerbit CV. Rajawali: Jakarta
Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah, Rineka Cipta, Jakarta.
Yulius, A.K.P. Nanera, J.L. Ibrahim, Samosir, S.S.R. Tangkaisari, R. Lalopua, B., Asmadi, H.  1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negara, Ujung Pandang.




VI. LAMPIRAN
6.1  Lapisan I
Dik : c = 0,1 gram
§  Berat debu dan Liat                =           (a)
Berat debu dan Liat                =
Berat debu dan Liat                =
Berat debu dan Liat                =
Berat debu dan Liat                =
Berat debu dan Liat                = 4,88 gram
§  Berat Liat                                            =           (b)
Berat Liat                                            =
Berat Liat                                            =
Berat Liat                                            =
Berat Liat                                            =
Berat Liat                                            =3,38 gram
§  Berat Debu                              = Berat (debu + liat) – Berat Liat       (a – b)
Berat Debu                              = 4,88 – 3,38
Berat Debu                              = 1,5 gram



ü  % Pasir                                    =
                                                            =
                                                            = 2,00 %
ü  % Liat                         =
                                                            =
=
= 67,87 %
ü  % Debu                                   =
                                                            =
                                                            =
                                                            = 30,12%


No comments:

Post a Comment