I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang
cukup banyak di dunia ini, ditandai
dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain-lain sebagainya. Tanah memegang peranan penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan
ke atmosfer berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi,
evaporasi, dan pertumbuhan tanaman.
dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain-lain sebagainya. Tanah memegang peranan penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan
ke atmosfer berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi,
evaporasi, dan pertumbuhan tanaman.
Kandungan air dalam
tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara.
Sering dipakai istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan
bermacam-macam. Walaupun penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (water ratio).
Sering dipakai istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan
bermacam-macam. Walaupun penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (water ratio).
Air diperlukan oleh
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi
transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung
bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral primer terutama juga
karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain (pencucian
unsur hara).
Fungsi lain dalam
tanah adalah melapukkan mineral yaitu menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan
tanaman dan sebagai media gerak unsur-unsur hara ke akar. Jadi air merupakan
pelarut dan bersama-sama hara yang lain terlarut membentuk larutan tanah, tetapi
bila air terlalu banyak maka hara tanah akan tercuci dan membatasi pergerakan
udara dalam tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar peranan dan hubungan air tanah dengan pertumbuhan tanaman serta penentuan
kadar air tanah.
Kegunaannya adalah
sebagai informasi mengenai kandungan air dalam tanah yang dapat digunakan bagi
pertumbuhan tanaman dan cara melakukan pengolahan tanah yang tepat dan jumlah
air yang dibutuhkan pada tanah dan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kadar Air
Banyaknya kandungan air dalam tanah
berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya
tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air
tersebut dalam tanah. Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena
adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, karena air higroskopik dan air
kapiler (Hardjowigeno, 2003).
Kadar air merupakan
komponen utama tanaman hijau yang merupakan 70% - 90% dari berat segar.
Kebanyakan jenis tanaman tak berkayu, sebagian besar air kandungan dalam isi
sel (85% - 90%) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia.
Tetapi air mempunyai beberapa peranan lain dalam fisiologi tanaman dan
keadaannya unik yang cocok dengan sifat kimia dan fisikanya yang diperankan
(Fitter-Hay, 1991).
Air merupakan dua
sifat yang penting pada kelakuan air di dalam tanah, yaitu massa dan
polaritas. Oleh karena massanya, air senantiasa ditarik ke bawah
oleh gaya gravitas polaritas disebabkan oleh susunan molekul air
(Pairunan, 1997).
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar
Air
Kapasitas tanah untuk menahan air
dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas
menahan air karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur.
Tanah-tanah dengan tekstur halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total
maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur
sedang. Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa
tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang sangat halus
(Foth, 1995).
Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi
dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Hal ini dimungkinkan karena
tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloidal, ruang pori dan permukaan
adsortif yang lebih banyak (Nurhayati, 1986). Tanah yang bertekstur kasar mempunyai
kemampuan menahan air yang kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur liat (Hardjowigeno, 1993).
Adapun pengaruhnya
bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan
tanaman adalah sebagai emulgator (memperbaiki struktur tanah), sumber hara N,
P, S, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 1993).
Kadar air dalam
tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air,
habisnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik dan tingginya muka air
tanah.
2.3. Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah persentase
kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan
gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari
sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan
struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan
temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 -
40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang
maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti
kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di
bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk
cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air
bagi konsumsinya. Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada
tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu
becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula
artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat
menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai
lapisan di bawahnya. Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk
menaikkan kelembaban 1 kaki tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air
pengairan sebesar 0,5 - 3 inci (Hardjowigeno, 1993)
2.3. Titik Layu Permanen
Titik layu permanen terjadi dimana
kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh di atasnya
mengalami layu tetap, karena plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah
lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak
akan terjadi, tanaman akan tetap mati. Pada tingkat kelembaban titik layu
ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air
yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan
nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan (Nurhayati, 1986).
Bilamana tanaman ditanam pada keadaan air yang cukup maka tanaman itu akan
mengambil air kapiler dari dalam tanah tersebut. Bila sampai batas maksimum,
air kapiler dapat diambil dan mendekati habis maka tanaman akan menjadi layu.
Meskipun pada titik layu ini tanah menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata
tetapi tetap tidak mampu menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi
tetap tidak mampu menunjukkan suatu kemampuan tanaman tersebut terhadap
absorbsi airnya. Kehilangan turgescensi ini pada tanaman-tanaman yang lemah
terjadi pada daun-daun yang telah tua kemudian diikuti oleh daun-daun muda
(Nurhayati, 1986).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan Kadar air
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12
November 2013, pukul 13.00 WITA sampai selesai. Tempat praktikum pengamatan
kadar air di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan
Kadar Air pada tanah ini adalah timbangan, cawan, dan oven.
Bahan yang digunakan
pada percobaan Kadar Air tanah ini adalah sampel tanah Alfisol, air dan kertas
label.
3.3. Prosedur kerja
Prosedur kerja dengan metode
gravimetrik adalah sebagai berikut:
-
Menimbang cawan petridish, dan
menambahkan 20 gram tanah kering udara
-
Mengeringkan dalam oven dengan
suhu 105°C selama 2 x 24 jam
-
Mengeluarkan cawan yang berisi
tanah dari oven lalu dinginkan, kemudian menimbang cawan tersebut
bersama tanah.
3.3.2.
Perhitungan :
- Berat
cawan petridish =
a gram
- Berat
cawan petridish + Tanah kering udara =
b gram
- Berat
cawan petridish + Tanah kering oven =
c gram
% Kadar Air = x 100 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 1 berikut :
Tabel 1 : Hasil Perhitungan Kadar Air pada sampel Tanah Alfisol
Lapisan Tanah
|
Kadar Air Tanah (%)
|
I
|
48 %
|
II
|
52 %
|
Sumber : Data
primer setelah diolah, 2013.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai
kadar air pada lapisan I adalah 48 %. Hal ini disebabkan karena tekstur pada tanah tersebut kasar
sehingga kemampuan dalam menyimpan air rendah serta kemampuan dalam melewatkan
air tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk. (1987), yang
menyatakan bahwa kemampuan tanah dalam menyediakan air dan kemampuan tanah
memegang air ditentukan oleh tekstur tanah.
Berdasarkan hasil yang
diperoleh maka dapat diketahui bahwa pada lapisan tanah II memiki kandungan air sebesar 52 %. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan kadar airnya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tanah lapisan I, hal ini disebabkan karena tanah lapisan I memiliki tekstur
tanah liat hal ini sesuai pendapat Hakim (1986) yang menyatakan apabila
bertekstur pasir maka kemampuan untuk mengikat air itu rendah itu disebabkan susunan
partikel pasir itu padat, berbeda halnya dengan tekstur tanah liat yang
kandungan kadar airnya tinggi dikarenakan susunan partikelnya lebih renggang.
Pada lapisan tanah II memiliki nilai kadar
air sebesar 52 % dan pada lapisan
tanah I memiliki nilai kadar air sebesar 48
%. Nilai-nilai kadar air yang dimiliki oleh setiap tanah ini adalah
tinggi, karena tanah tersebut memiliki tekstur yang halus, dimana tekstur tanah
halus akan banyak menampung air atau daya menahan airnya tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), yang menyatakan bahwa tanah bertekstur
halus menahan air lebih banyak dibandingkan dengan bertekstur kasar. Hal
tersebut juga sependapat dengan Hardjowigeno (2003), yang menyatakan bahwa
tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar air tanah yaitu selisih masukan air (water gain) dari presipitasi (meliputi
hujan, salju, kabut) yang menginfiltrasi tanah ditambah hasil kondensasi (oleh
tanaman dan tanah) dan adsorpsi (oleh
tanah) dikurangi air yang hilang (water
loss) lewat evapotranspirasi dan sifat khas tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Buckman dan Brady (1982) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
air suatu tanah yaitu faktor tumbuhan dan iklim. Iklim mempunyai pengaruh yang
berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien oleh tumbuhan
dalam tanah. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat
hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh
pada percobaan kadar air tanah,
maka dapat disimpulkan :
·
Pada lapisan tanah I memiliki kadar air 48 %.
·
Pada lapisan tanah II memiliki kadar
air 52 %.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar air tanah adalah tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah dan
permeabilitas.
5.2.
Saran
Sebaiknya dalam memilih tanah
pertanian, perlu diperhatikan kandungan air tanah untuk suatu jenis tanah, karena
kadar air tanah cukup berperan setelah bahan organik tanah yang turut
mempengaruhi kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bukman, H.D. and N.C. Brady. 1982. The Nature and Properties Of Soil Maxwell
Matmilin: New York.
Fitter-Hay, 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Gajah Mada Universitas Press: Yokyakarta.
Foth, H.D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press: Yogjakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
. 1993. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo: Jakarta.
. 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo: Jakarta
Nurhayati Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar ilmu tanah. Lembaga
Penelitian Universitas Lampung, Lampung.
Pairunan, dkk. 1987. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur:
Makassar.
. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi
Negri Indonesia Timur: Makassar.
LAMPIRAN
Perhitungan nilai persentase kadar air pada tanah alfisol (lapisan I) :
Berat cawan petridish = 45 gram
Berat cawan petridish + Tanah kering
udara = 50 gram
Berat cawan petridish + Tanah kering
oven = 47,6 gram
% Kadar Air = x 100 %
=
x 100%
=
48 %
Perhitungan nilai persentase kadar air
pada tanah Alfisol (lapisan II) :
Berat cawan petridish = 49,4 gram
Berat cawan petridish + Tanah kering
udara = 54,4 gram
Berat cawan petridish + Tanah kering
oven = 51,8 gram
% Kadar Air = x 100 %
=
x 100%
=
52 %
No comments:
Post a Comment