Friday, May 30, 2014

LAPORAN PH TANAH

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya.
Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi tanah (pH). Sifat ini menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Reaksi tanah ini sangat penting dalam menentukan reaktifitas tanah yaitu muatan listrik permukaan butiran koloid atau misel, reaksi tanah juga menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dalam mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH tanah yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat menganggu proses biologi.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang diserap.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum untuk mendapat pengetahuan tentang reaksi tanah (pH), dimana reaksi tanah menunjukkan kemasaman pada tanah sehingga sangat penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum pH tanah adalah untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung pada tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah.
Kegunaan  dilaksanakannya praktikum pH tanah agar mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi apabila dilakukan penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut apakah baik atau tidak untuk ditanami.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah (pH) tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari larutan yang mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut basa. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah dapat mempengaruhi proses-proses biologi, seperti pertumbuhan tanaman (Pairunan, 1997).
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah
Nilai pH tanah sebetulnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali. Namun yang bersifat dominan antara lain adalah :
·         Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan antara kation basa dengan kation hidrogen dan alumunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pH nya       makin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa.
·         Sifat misel
Sifat misel yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H+ terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda, walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah mondisosiasikan ion H+ kedalam larutan tanah. Oleh karena itu, pH tanah organik lebih rendah dari pada tanah mineral pada kejenuhan yang sama. Koloid tanah yang terdiri atas Al dan Fe hidrus oksida mendisosiasikan ion H sangat rendah. Dengan alasan itu pH tanah yang kaya Al dan Fe hidrus oksida relatif lebih tinggi pada kejenuhan basa yang sama. Pada kejenuhan basa 50%, kisaran pH tanah organik antara 4.5 – 5.0, tanah liat sekitar 5.2 – 5.8 dan tanah hidrus oksida 6.0 – 7.0. Disini jelas sekali bahwa pH tanah dipengaruhi oleh sifat koloid atau misel.
·         Macam Kation Terjerap
Koloid yang mengandung natrium (Na) lebih tinggi mempunyai nilai pH lebih tinggi pada kejenuhan basa yang sama. Hal ini sering sekali kita temukan pada tanah beriklim kering yang kaya akan Na. Kejadian ini diduga disebabkan oleh koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion H, sehingga sumbangan ion H rendah sekali dalam larutan tanah. Tampak akan sukar sekali untuk mengkorelasikan pH dengan salah satu ciri-ciri tanah secara terpisah karena faktor yang mempengaruhi kait berkait
2.3. Pengaruh pH terhadap ketersediaan hara dalam tanah
pH tanah menunjukkan sifat keasaman dan alkalinitas tanah, dengan menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah. Semakin tinggi kadar H+ dalam tanah semakin masam tanah tersebut. pH tanah berkisar antara 0 – 14 dengan pH 7 disebut sebagai pH netral, kurang dari 7 disebut dengan masam dan lebih dari 7 disebut dengan alkalis. pH tanah di Indonesia umumnya masam berkisar antara 4,0 – 5,5, sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 telah dikatakan baik, walaupun sebenarnya agak masam. Hubungan pH tanah dan ketersediaan unsur hara berpengaruh terhadap Reaksi tanah (pH) yang mempunyai peranan penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro maupun hara mikro. Meningkatnya kelarutan ion-ion Al, dan Fe dan juga meningkatnya aktifitas jasad-jasad renik tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan pH tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni lebih tersedia pada pH yang lebih rendah. Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen, fosfor, kalium dan magnesium pada pH 6.5. Unsur hara fofor pada pH lebih besar dari 8.0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca. Sebaliknya jika pH turun menjadi lebih kecil dari 5.0, maka fosfat kembali menjadi tidak tersedia. Hal ini dapat terjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat yang semula tersedia akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga, tidak larut dan tidak tersedia untuk tanaman. Beberapa tanaman tertentu dapat kekurangan unsur hara mikro seperti Fe dan Mn. Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus dipertahankan pada pH sekitar 6.0 – 7.0. Setiap jenis tanaman berbeda sifat kepekaan dan ketahanannya terhadap reaksi tanah. Pengaruh pH tanah baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap akar tanaman dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman telah banyak diteliti. Buruknya pertumbuhan tanaman pada pH rendah sebabkan oleh perusakan langsung oleh H+, terganggunya serapan Ca dan N, meningkatnya kelarutan Al, Fe dan Mn sehingga meracuni tanaman, berkurangnya ketersediaan Mo dan P, serta berkurangnya kandungan basa seperti Ca, Mg dan K (Hardjowigeno, 2003).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Reaksi Tanah (pH) dilaksanakan pada hari Jumat, 15 November 2013, pada pukul 10.00 WITA – selesai di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum reaksi tanah adalah botol roll film, gelas ukur 25 ml, dan pH meter. Bahan yang digunakan adalah larutan Buffer pH 4 dan pH 7, larutan KCL 1 M dan air aquades.
3.3. Prosedur Kerja
-          Menimbang sampel tanah untuk tiap lapisan sebanyak 5 gram contoh tanah kering udara < 2 mm kedalam botol roll film.
-          Tambahkan 12,5   ml aquades (pH H2O) dan 12,5 ml KCL rasio (1 : 2,5).
-          Mengocok selama 30 menit dengan cara manual agar tanah tercampur baik dengan aquades.
-          Mendiamkan selama 1 menit, kemudian mengukur dengan pH meter.
-          Mencatat pH yang tampak pada pH meter.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :
        Tabel 1 : Hasil Pengamatan Reaksi Tanah (pH) pada tanah
Lapisan
pH Tanah
1
5,4
2
5,3
3
5,0
            Sumber : Data Primer, 2013.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam untuk lapisan I diperoleh pH tanah sebesar 5,4, pada lapisan II pH tanahnya adalah 5,3 dan pada lapisan III pH tanahnya adalah 5,0. Dari tiga lapisan tersebut pH tanahnya bersifat masam, kemasaman tanah disebabkan oleh bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut sehingga daya ikat sangat besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Dari ketiga lapisan tersebut, yang memiliki nilai pH tertinggi adalah lapisan I yaitu 5,4. Hal ini terjadi karena bahan organik yang dikandung oleh lapisan I lebih banyak daripada lapisan II dan III. Hal ini  sesuai dengan pendapat Foth (1994), bahwa


pada umumnya tanah-tanah lapisan teratas dengan kedalaman 15 cm mengandung bahan organik yang relatif tinggi, karena pada lapisan tersebut banyak terdapat mikroorganisme yang aktif merombak sisa-sisa makhluk hidup dan sebagian bahan organik tersebut diikatnya, sehingga tidak dapat tercuci saat terjadi pencucian pada tanah tersebut.
Lapisan yang memiliki nilai pH yang paling rendah yaitu lapisan III yaitu 5,0 Hal ini terjadi karena jumlah bahan organik yang terkandung pada lapisan ini lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa bahan organik pada lapisan I terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum reaksi tanah antara lain :
-          pH untuk tiap lapisan adalah sebagai berikut:
·         Lapisan I dengan pH 5,4
·         Lapisan II dengan pH 5,3
·         Lapisan III dengan pH 5,0
5.2. Saran
Apabila tanah agak masam / masam, maka sebaiknya ditambahkan dengan kapur agar tanah menjadi netral dan apabila tanah agak alkalis / alkalis, maka sebaiknya ditambahkan dengan belerang / sulfur, agar tanah menjadi netral, karena tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila pH suatu tanah netral.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hardjowigeno. S, 1985. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
            . 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.

Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur: Makassar.


No comments:

Post a Comment