1.1 Latar Belakang
Pengaruh bahan organik
tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.
Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada
kaloid tanah yang liat. Berarti semakin
tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula KTKnya. Ketentuan ini berlaku apabila faktor-faktor
lainnya relatif sama.
Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad
mikro. Sebagai akibatnya, bahan itu berubah terus dan tidak mantap dan selalu
diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi,
1979).
Proses penting yang
berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang
cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah
tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses
yaitu (1) penambahan residu atau sisa-sisa tanaman dan binatang, dan (2)
perombakan tersebut oleh jasad mikroorganisme tanah. Selanjutnya bahan yang
telah diubah tersebut membentuk bahan yang berwarna coklat dan bersifat koloid,
yang dikenal sebagai humus. Humus merupakan
senyawa yang resisten berwarna coklat atahu hitam.
Kadar bahan
organik dalam lapisan tanah oleh pertanian berkisar
antara 0,05 –5 %, pada tanah
organik mendekati 60 % dan pada lapisan olah, kadar bahan organiknya cenderung
turun.
Bahan organik dalam
tanah terdiri dari bahan organik yang kasar dan bahan organik halus yang
berasal dari hancuran bahan-bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk
dari hancuran bahan organik melalui kegiatan mikroorganisme dalam tanah.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilaksanakan praktikum bahan organik tanah untuk mengetahui
kandungan bahan organik dalam tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik pada tanah dan faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan bahan oraganik dalam tanah.
Kegunaan
dilaksanakannya praktikum bahan organik tanah adalah sebagai bahan informasi
mengenai kandungan bahan organik pada lapisan tanah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
informasi untuk melakukan penanaman pada tanah yang telah diuji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah
merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Bahan organik
biasanya merupakan timbunan jaringan tanaman, hewan atau jasad renik yang telah
mati dan sebagian telah mengalami perombakan.
Selanjutnya bahan yang telah diubah tersebut akan membentuk bahan yang berwarna coklat
dan bersifat koloid yang dikenal sebagai humus (Tangkaisari dan Burhanuddin, 1993)
Bahan organik dari
tumbuhan komponen utama pembentuknya adalah berasal dari jaringan
tumbuhan. Dalam jaringan tumbuhan adalah
bahan C yang terdapat dalam ikatan dengan H, N, O, S, dan P. Berbagai ion-ion anorganik
lain dalam jaringan tanaman yaitu berbagai abu dapat mencapai 10 % dari bahan
kering tumbuhan. Komponen yang
terpenting dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu karbohidat, protein,
dan senyawa berupa protein dan lignin. Selain ketiga kelompok tersebut, dalam jaringan
tumbuhan terdapat pula lemak, lilin, dan alomar dalam jumlah kecil. Jumlah dan sifat
dari komponen-komponen organik dan sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh dalam
tanah (Pairunan, dkk, 1985).
Bahan organik dalam
tanah terdiri dari bahan organik yang kasar dan bahan organik yang halus atau
humus. Humus terdiri dari bahan organik
halus yang berasal dari hancuran bahan organik melalui kegiatan mikroorganisme
dalam tanah. Humus merupakan senyawa resisten (tidak mudah hancur) berwarna coklat
atau hitam yang mempunyai gugus aktif dari karboksil (Hardjowigeno, 1987).
Perombakan bahan organik tanah merupakan suatu
proses yang terjadi dalam kegiatan mikroorganisme dalam jasad hidup terutama
jasad mikro. Jasad hidup merupakan karbon dan unsur hara lainnya yang diambil dari
bahan organik untuk energi dan zat penyusun tubuh di dalam pertumbuhannya. Organisme perombak dapat
dibagi atas bakteri, actinometes, protozoa, dan nematoda serta ganggang (Pairunan, dkk, 1985).
2.2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik dalam Tanah
Menurut
Hardjowigeno (2003), bahan organik pada umumnya ditemukan di permukaan tanah.
Jumblahnya tidak besar, hanya sekitar 3 - 5 %, tetapi pengaruhnya terhadap
sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap
sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagi
berikut :
-
Sebagai granulator yaitu
memperbaiki struktur tanah,
-
Sumber unsur hara N, P, S, unsur
mikro dan lain-lain,
-
Menambah kemampuan tanah untuk
menahan air,
-
Menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Kation Anion tanah menjadi tinggi), dan
-
Sumber energi bagi mikroorganisme.
2.3. Pengaruh Kuantitas Bahan
Organik Terhadap Tanah
Kandungan
bahan organik tanah telah terbukti
berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara
fisik, kimia, maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik
tanah, seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas,
menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat,
menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air
hujan, mengurangi aliran permukaandan erosi tanah (Heinonen, 1985)
Peranan bahan
organik yang paling utama adalah sebagai daya pegang air. Bahan organik bertindak sebagai busa yang
dapat menyerap sejumlah besar air dibandingkan dengan beratnya. Bahan organik
juga merupakan sumber unsur mineral yang menjadi tersedia bila telah terurai.
Penguraian bahan organik oleh bakteri, cendawan, dan organisme lain dengan
membentuk karbondioksida dan air serta pelepasan mineral yang disebut
mineralisasi yang merupakan aspek penting dalam lingkaran kimia yang meliputi
absorbsi mineral lewat akar dan penggabungannya ke dalam persenyawaan kimia
oleh berbagai tanaman dan bagiannya serta dekomposisi bahan tanaman dan
pelepasan mineral ke dalam tanah (Sri Setyati, 1999).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum bahan
organik dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis 19 November 2013, pukul 16.00 WITA sampai
selesai di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 25 ml, buret asam dan standar
buret
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah K2Cr2O7 1 N, H2SO4,
indikator diphenilamin 1 % dalam H2SO4, larutan Fe++
titran (FeSO4 atau amonium Fe(II) SO4 (0,2 N) yang telah
di standarisasi kembali), asam fosfat dan aquades..
3.3. Prosedur Kerja
-
Menimbang tanah sebanyak 2 gram.
-
Memasukkan tanah tersebut ke dalam
labu erlenmeyer 250 mL.
-
Menambahkan 10 mL K2Cr2O7
-
Menambahkan 10 mL H2SO4.
-
Menambahkan indikator 2 – 3 tetes.
-
Mentitrasi dengan amonium Fe(II) SO4.
-
Menghitung kadar bahan organik
dengan rumus :
Keteranagn
:
N =
Normalitas larutan penitar
1,33 = Faktor
koreksi C
3 = Berat
molekul / valensi atom C (12/4)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
hasi pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil perhitungan kandungan bahan organik pada tanah Alfisol
Lapisan I.
Lapisan
|
Kandungan
Bahan Organik
|
I
|
%
|
Sumber : Data Primer Setelah
Diolah, 2013.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan tabel
hasil pengamatan bahwa pada lapisan I memiliki kandungan bahan organiknya yang
lebih tinggi yaitu sekitar 2,99 % bila dibandingkan kandungan bahan organik lapisan II yang lebih
rendah yaitu 1,62 %.
Lapisan I memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi, hal ini disebabkan karena lapisan ini
menerima bahan organik dan sebagian pupuk atau berupa sisa tumbuhan dan
binatang yang telah mati. Lapisan II
kandungan bahan organiknya 1,62% lebih sedikit dibandingklan lapisan I. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan
bahwa lapisan ini mempunyai tekstur yang liat dan sulit untuk ditembus oleh
akar tanaman dan bahan lain yang merupakan sumber bahan organik. Oleh sebab itu
makin ke bawah lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin
berkurang,.
Kandungan bahan
organik lebih banyak terdapat pada lapisan I dibandingkan dengan kandungan
bahan organik pada lapisan II. Hal ini
disebabkan karena pada lapisan I lebih dahulu menerima bahan organik dari sisa
tumbuhan dan hewan yang telah mati serta akar-akar tanaman yang dapat
menciptakan suasana masam yang mendorong terjadinya proses pelapukan bahan
mineral.
Jenis
tanah pada sampel adalah tanah yang cukup bahan organiknya, sehingga dapat memantapkan struktur tanah
serta tahan terhadap erosi. Kandungan bahan organik menentukan kepekaan tanah terhadap erosi karena
bahan organik mempengaruhi struktur tanah tersebut. Tanah yang cukup mengandung bahan organik umumnya menyebabkan struktur
tanah menjadi mantap sehingga tahan terhadap erosi (Sarief S., 1985).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
-
Kandungan bahan organik pada
Lapisan I adalah
-
Kandungan bahan organik pada
Lapisan I adalah 1,62 %.
5.2. Saran
Tanah yang cocok digunakan untuk lahan
pertanian sebaiknya dipilih yang banyak mengandung bahan organik agar dapat
meningkatkan produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Hadjowigwno, S.,
1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Heinonen
R. 1985. Soil Management and Crop Water
Suply. Swedish University of Agricultural Science. Uppsala: Sweden
Soepardi, S., 1979. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia.
Departemen Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Sri Setyati, 1999. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Syarief, S., 1989. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Tangkaisari dan
Burhanuddin, 1993. Hand Out Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanbian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari,
J.R.Lalopouo, B.Ibrahim, H.Asmadi.,
1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kandungan Bahan Organik Tanah pada Lapisan I dan Lapisan II Tanah Alfisol.
Lapisan I:
ml B = 53,6 ml t = 7
N = 0,2 mg contoh tanpa air = 100 mg
= 0,1 gr
No comments:
Post a Comment