Friday, May 30, 2014

LAPORAN BAHAN ORGANIK PADA TANAH

I.       PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah.  Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat.  Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula KTKnya.  Ketentuan ini berlaku apabila faktor-faktor lainnya relatif sama.
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro. Sebagai akibatnya, bahan itu berubah terus dan tidak mantap dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi, 1979).
Proses penting yang berkaitan dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang cenderung mencapai suatu tingkat keseimbangan dalam tanah.  Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua  proses  yaitu (1) penambahan residu atau    sisa-sisa tanaman dan binatang, dan (2) perombakan tersebut oleh jasad mikroorganisme tanah.  Selanjutnya bahan yang telah diubah tersebut membentuk bahan yang berwarna coklat dan bersifat koloid, yang dikenal sebagai humus.  Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna coklat atahu hitam.
Kadar  bahan  organik  dalam  lapisan tanah oleh pertanian berkisar antara       0,05 –5 %, pada tanah organik mendekati 60 % dan pada lapisan olah, kadar bahan organiknya cenderung turun.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik yang kasar dan bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan-bahan organik kasar serta          senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik melalui kegiatan mikroorganisme dalam tanah.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilaksanakan praktikum  bahan organik tanah untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah.
1.2.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik pada tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bahan oraganik dalam tanah.
Kegunaan dilaksanakannya praktikum bahan organik tanah adalah sebagai bahan informasi mengenai kandungan bahan organik pada lapisan tanah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk melakukan penanaman pada tanah yang telah diuji.
II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Bahan organik biasanya merupakan timbunan jaringan tanaman, hewan atau jasad renik yang telah mati dan sebagian telah mengalami perombakan.  Selanjutnya bahan yang telah diubah tersebut akan membentuk bahan yang berwarna coklat dan bersifat koloid yang dikenal sebagai humus (Tangkaisari dan Burhanuddin, 1993)
Bahan organik dari tumbuhan komponen utama pembentuknya adalah berasal dari jaringan tumbuhan.  Dalam jaringan tumbuhan adalah bahan C yang terdapat dalam ikatan dengan H, N, O, S, dan P. Berbagai ion-ion anorganik lain dalam jaringan tanaman yaitu berbagai abu dapat mencapai 10 % dari bahan kering tumbuhan.  Komponen yang terpenting dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu karbohidat, protein, dan senyawa berupa protein dan lignin. Selain ketiga kelompok tersebut, dalam jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, lilin, dan alomar dalam jumlah kecil. Jumlah dan sifat dari komponen-komponen organik dan sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh dalam tanah (Pairunan, dkk, 1985).
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik yang kasar dan bahan organik yang halus atau humus.  Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik melalui kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Humus merupakan senyawa resisten (tidak mudah hancur) berwarna coklat atau hitam yang mempunyai gugus aktif dari karboksil (Hardjowigeno, 1987).
 Perombakan bahan organik tanah merupakan suatu proses yang terjadi dalam kegiatan mikroorganisme dalam jasad hidup terutama jasad mikro. Jasad hidup merupakan karbon dan unsur hara lainnya yang diambil dari bahan organik untuk energi dan zat penyusun tubuh  di dalam pertumbuhannya. Organisme perombak dapat dibagi atas bakteri, actinometes, protozoa, dan nematoda serta ganggang            (Pairunan, dkk, 1985).
2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik dalam Tanah

Menurut Hardjowigeno (2003), bahan organik pada umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumblahnya tidak besar, hanya sekitar 3 - 5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagi berikut :
-        Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah,
-        Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain,
-        Menambah kemampuan tanah untuk menahan air,
-        Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Kation Anion tanah menjadi tinggi), dan
-        Sumber energi bagi mikroorganisme.
2.3. Pengaruh Kuantitas Bahan Organik Terhadap Tanah
Kandungan bahan organik  tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah, seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaandan erosi tanah (Heinonen, 1985)
Peranan bahan organik yang paling utama adalah sebagai daya pegang air.  Bahan organik bertindak sebagai busa yang dapat menyerap sejumlah besar air dibandingkan dengan beratnya. Bahan organik juga merupakan sumber unsur mineral yang menjadi tersedia bila telah terurai. Penguraian bahan organik oleh bakteri, cendawan, dan organisme lain dengan membentuk karbondioksida dan air serta pelepasan mineral yang disebut mineralisasi yang merupakan aspek penting dalam lingkaran kimia yang meliputi absorbsi mineral lewat akar dan penggabungannya ke dalam persenyawaan kimia oleh berbagai tanaman dan bagiannya serta dekomposisi bahan tanaman dan pelepasan mineral ke dalam tanah (Sri Setyati, 1999).
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum bahan organik dilaksanakan pada hari Selasa,        Kamis 19 November 2013, pukul 16.00 WITA sampai selesai di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 25 ml, buret asam dan standar buret
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah K2Cr2O7 1 N, H2SO4, indikator diphenilamin 1 % dalam H2SO4, larutan Fe++ titran (FeSO4 atau amonium Fe(II) SO4 (0,2 N) yang telah di standarisasi kembali), asam fosfat dan aquades..
3.3.  Prosedur Kerja
-            Menimbang tanah sebanyak 2 gram.
-          Memasukkan tanah tersebut ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
-          Menambahkan 10 mL K2Cr2O7
-          Menambahkan 10 mL H2SO4.
-          Menambahkan  indikator 2 – 3 tetes.
-          Mentitrasi dengan amonium Fe(II) SO4.
-          Menghitung kadar bahan organik dengan rumus :
Keteranagn :
N          = Normalitas larutan penitar
1,33      = Faktor koreksi C
3           = Berat molekul / valensi atom C (12/4)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
     Berdasarkan hasi pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2.  Hasil perhitungan kandungan bahan organik pada tanah Alfisol
   Lapisan I.
Lapisan
Kandungan Bahan Organik
I
%
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.

4.2.  Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan bahwa pada lapisan I memiliki kandungan bahan organiknya yang lebih tinggi yaitu sekitar 2,99 % bila dibandingkan kandungan bahan organik lapisan II yang lebih rendah yaitu 1,62 %.
Lapisan I memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, hal ini disebabkan karena lapisan ini menerima bahan organik dan sebagian pupuk atau berupa sisa tumbuhan dan binatang yang telah mati.  Lapisan II kandungan bahan organiknya 1,62% lebih sedikit dibandingklan lapisan I.  Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa lapisan ini mempunyai tekstur yang liat dan sulit untuk ditembus oleh akar tanaman dan bahan lain yang merupakan sumber bahan organik. Oleh sebab itu makin ke bawah lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang,.
Kandungan bahan organik lebih banyak terdapat pada lapisan I dibandingkan dengan kandungan bahan organik pada lapisan II.  Hal ini disebabkan karena pada lapisan I lebih dahulu menerima bahan organik dari sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati serta akar-akar tanaman yang dapat menciptakan suasana masam yang mendorong terjadinya proses pelapukan bahan mineral.
Jenis tanah pada sampel adalah tanah yang cukup bahan organiknya, sehingga dapat memantapkan struktur tanah serta tahan terhadap erosi. Kandungan bahan organik menentukan kepekaan tanah terhadap erosi karena bahan organik mempengaruhi struktur tanah tersebut.  Tanah yang cukup mengandung bahan organik umumnya menyebabkan struktur tanah menjadi mantap sehingga tahan terhadap erosi (Sarief S., 1985).
V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
     Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
-        Kandungan bahan organik pada Lapisan I adalah
-        Kandungan bahan organik pada Lapisan I adalah 1,62 %.

5.2. Saran
Tanah yang cocok digunakan untuk lahan pertanian sebaiknya dipilih yang banyak mengandung bahan organik agar dapat meningkatkan produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Hadjowigwno, S., 1987.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Heinonen R. 1985. Soil Management and Crop Water Suply. Swedish University of Agricultural Science. Uppsala: Sweden
Soepardi, S., 1979. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia.  Departemen Ilmu Tanah.  Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Sri Setyati, 1999.  Pengantar Agronomi.  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syarief, S., 1989.  Fisika Kimia Tanah Pertanian.  Pustaka Buana, Bandung.
Tangkaisari dan Burhanuddin, 1993.  Hand Out Praktikum Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.  Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanbian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo, B.Ibrahim, H.Asmadi.,  1997.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.

LAMPIRAN
Perhitungan Kandungan Bahan Organik Tanah pada Lapisan I dan Lapisan II Tanah Alfisol.
Lapisan I:
ml B = 53,6     ml t = 7    N = 0,2     mg contoh tanpa air = 100 mg = 0,1 gr






No comments:

Post a Comment