Friday, May 30, 2014

Laporan Pupuk

I. PENDAHULUAN
1.1     Pendahuluan
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia berpikir dan berusaha untuk melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah dengan penammbahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah: pemupukan (Hasibuan, 2006).
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang mengandung unsur hara tertentu, yang pada umumnya mempunyai kadar unsur hara yang tinggi. Pupuk buatan mempunyai kelemahan yaitu dapat merusak lingkungan dan mengandung sedikit unsur mikro. Sedangkan kebaikannya adalah pemakaiannya lebih mudah dan dapat diberikan pada saat yang tepat
            Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan.
            Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan ppertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari.

1.2  Tujuan dan Kegunaan
               Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemupukan pada tanaman serta mengetahui jenis-jenis dan sifat-sifat pupuk itu sendiri serta kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk
Pupuk, mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para petani. Pupuk merupakan material yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik, dengan cara di tambahkan pada media tanam atau tanaman. (Hakim, 1986).
Dalam penggunaannya tentu takaran dan cara penggunaan yang berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, bisa saja hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan bila dalam penggunaannya tidak sesuai dengan takaran dan cara pemakaian. Jadi, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu teori atau cara penggunaannya. (Hakim, 1986).
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman untuk melengkapi ketersediaan unsur hara.  Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya.  Tiga diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H).  Sedangkan tiga belas mineral lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).
2.2 Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman
1. Pupuk Urea [(CO (NH2)2]
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. (Ruskandi, 1996).
2. Pupuk SP 36 (Superphospat 36)
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).
3. Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium)
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3, fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.(Hardjowigeno, 1992).
4. Pupuk KCl (Kalium Klorida)
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi.(Hardjowigeno, 1992).
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu. (Anonim, 2012).
5. Pupuk Kompos
Kandungan bahan organik pupuk kompos yang mencapai 18 % bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh kompos adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Manfaat bokhasi pada lahan pertanian yaitu : mampu menggantikan dan mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan, bebas dari biji tanaman, tidak berbau dan mudah digunakan dan memperbaiki derajat keasaman tanah, selain itu sangat berguna untuk menyuburkan tanaman. (Ruskandi, 1996).



 III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengenalan dan penentuan dosis pupuk dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah  Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.  Pada hari jumat 30 November 2011 pukul 13.00 WITA  sampai selesai.
3.2   Alat dan Bahan
Adapun alat  yang digunakan dalam paraktikum ini adalah Alat tulis
Adapun bahan yang digunakan  dalam praktikum ini adalah
1.      Pupuk Urea
2.      Pupuk NPK
3.      Pupuk SP36
4.      Pupuk KCL
5.      Pupuk kompos
3.3 Prosedur Kerja
1.      Siapkan alat tulis.
2.      Perhatikan dan amati setiap jenis pupuk.
3.      Catat nama pupuk, kadar presentase, kandungan hara khususnya Nitrogen, Fosfat dan Kaliumnya, bentuk dan warna masing-masing pupuk, sifat pupuk tersebut.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perhitungan :
Urea = 300 Kg/ha
·         Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20)
 x 300.000 gram = 600 gram/petak
·         Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
 = 6 gram/Tanaman
SP-36 = 150 Kg/ha
·         Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20)
 x 150.000 gram = 300 gram/petak
·         Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
 = 3 gram/Tanaman
KCL = 100 Kg/ha
·         Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20)
 x 100.000 gram = 200 gram/petak
·         Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
 = 2 gram/Tanaman
1.1.  Pembahasan
Penentuan dosis pupuk untuk tanaman jagung yaitu pada pupuk urea jika memiliki luas lahan 20 m2 maka memerlukan 600 gram/petak pupuk urea. Sehingga dapat diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 6 gram/tanaman. Pada pupuk SP-36 jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 300 gram/petak pupuk SP-36. Sehingga dapat diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 3 gram/tanaman. Pada pupuk KCl  jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 200 gram/petak pupuk KCl. Sehingga dapat pula diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.
            Adanya penentuan jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara yang terdapat dalam pupuk.
            Sesuai dengan hasil penentuan dosis pupuk diatas menunjukkan bahwa meskipun jenis tanaman yang akan dipupuk sama tetapi dosis yang ditetapkan untuk pemberian pupuk pada tanaman berbeda. Hal tersebut tejadi karena tiap-tiap jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan, kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya juga berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman atau jenis tanah.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di laboratorium dan uraian yang telah dibahas maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut:
1)   Yang termasuk pupuk organik  adalah pupuk kompos
2)   Yang termasuk pupuk anorganik adalah  pupuk Urea, pupuk SP36, KCL, NPK.
3)   Semua jenis pupuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
5.2.  Saran
Dalam pemberian pupuk untuk tanaman maka diperlukan penentuan dosis terlebih dahulu agar tanaman tidak mengalami kelebihan atau kekurangan unsur hara sehingga tujuan penambahan pupuk ke tanah dapat tercapai agar tanah menjadi subur.
DAFTAR PUSTAKA
Goeswono, S,. 1995. Masalah Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. IPB. Bogor.
Mulyani. S,. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Soekirno. H,. 1992. Ilmu Memupuk. Penerbit Bina Cipta. Bandung.


Laporan Bulk Density



I. PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang


Bulk density merupakan berat suatu tanah persatuan volume tertentu. Volume tanah yang dimaksud adalah volume partikel tanah dan volume pori tanah. Berat dan ruang pori tanah bervariasi dari suatu horizon dengan horizon lain. Nilai bulk density dinyatakan dalam gram/cm3 volume tanah termasuk volume butiran padat dan ruang pori. 


Nilai bulk density penting untuk diketahui untuk menghitung berat tanah di lapangan dan untuk menentukan jenis usaha tanah yang sesuai. Bulk density menggambarkan kedalaman sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur dan porositas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai dari kaitan pertumbuhan tanaman dengan bulk density. Tinggi rendahnya bulk density tanah akan mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.


Bulk density juga mempengaruhi tingkat temperatur dan kelembaban tanah. Hal ini dikarenakan semakin besar ruang porinya maka akan semakin kecil kerapatan limbaknya. Kandungan bahan organik juga berperan dalam pengembangan struktur. Dengan mengetahui bulk density suatu tanah kita dapat menentukan cocok tidaknya lahan tersebut ditanami tanaman. 


Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan mengenai bulk density agar kita dapat mengetahui media tumbuh untuk tanaman yang akan dibudidayakan. 

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk menentukan nilai bulk density tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

Adapun kegunaan dari pengamatan ini yaitu sebagai bahan informasi untuk mahasiswa tentang bulk density juga sebagai bahan pertimbangan dalam penegelolaan tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Bulk Density


Bulk Density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah dan termasuk volume pori-pori tanah (Hardjowigeno, 2010).


Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-1,6g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah gambut). Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar (Harjdowigeno, 2010). 


Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).


Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata sekitar 2,6 gram/cm3. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Meskipun demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak. Jika berbeda maka akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral (Foth, 1995).


Bulk density sangat berhubungan erat dengan particle density jika particle density tanah sangat besar maka bulk density juga besar pula, hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila sebuah tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan rendah hal ini dikarenakan partikel density berbanding terbalik dengan kadar air, dapat kita buktikan apabila di dalam suatu tanah memilki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air maka kepadatan tanah juga akan rendah karena pori-pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memilki pori yang besar akan lebih mudah memasukkan air di dalam agregat tanah (Hanafiah, 2005).


2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Beberapa faktor yang mempengaruhi bulk density tanah antara lain:


1. Tekstur


Tekstur tanah dapat diartikan sebagai penampilan visual suatu tanah berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah tertentu. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (Hanafiah, 2005).


2. Bahan organik


Bahan organik biasanya berasal dari proses pelapukan batuan. Bahan organik komposisinya di dalam tanah memang sedikit yaitu berkisar 3-5% tapi pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan sifat-sifat tanah. Bahan organik dalam tanah terdiri atas bahan organik kasar dan halus (Hanafiah, 2005).


3. Struktur 


Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Clod juga merupakan unit gumpalan tanah teatpi terbentuknya bukan karena proses alami (misanya karena pencangkulan tusukan pisau dan sebagainya (Hanafiah, 2005).


Tanah yang memiliki struktur halus maka memiliki nilai bulk density yang rendah. Semakin masuk kedalam profil tanah, maka kerapatan massa tanah semakin naik. Hal tersebut merupakan akibat dari kandungan bahan organik yang rendah dan penimbunan alat serta pemataan yang disebabkan oleh berat lapisan atasnya (Sutedjo, 1987).


III. METODOLOGI


3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan pada Jumat, 23 November 2012 pukul 15.00 WITA sampai selesai.


3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:


1. Timbangan 


2. Oven


3. Mistar


Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:


1. Sampel tanah utuh 


2. Air


3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum analisis bulk density yaitu:


1. Ambillah sampel tanah utuh yang terdapat dalam ring sampler kemudian masukkan kedalam oven dua hari sebelum praktikum.


2. Setelah diovenkan, masukkan sampel tanah ke dalam desikator untuk didinginkan.


3. Setelah didinginkan, timbanglah tanah beserta ring samplernya. Selanjutnya keluarkan tanah kemudian timbang ring samplernya.


4. Hitung Bulk Density dengan persamaan :


BD = 3


Keterangan :


Volume tanah = t


T = tinggi ring sampel (cm)


R = jari-jari (cm)


= 3,14


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:


Tabel 4. Hasil Pengamatan Bulk Density 




Lapisan Tanah 


Jenis Tanah 


Bulk Density 



Lapisan I 


Inceptisol 


1,33 gram/cm3 



Sumber : Data primer setelah diolah 2012.


Hasil perhitungan Bulk Density


− Berat tanah dengan ring = 299,6 gram


− Berat ring sampel = 76,9 gram


− Tinggi ring sampel (t) = 6,8 cm


− Diameter = 5,6 cm


− Jari-jari (cm) = 2,8 cm


− π = 3,14


1. Volume tanah


Volume tanah : πr2t


= 3,14 x (2,8)2 x 6,8


= 167,4


2. Berat tanah kering oven = 299,6 gram – 76,9 gram = 222,7 gram


3. Bulk Density =


= 1,33






4.2. Pembahasan


Hasil perhitungan bulk density pada lapisan tanah yang diamati yaitu sebesar 1,33 gram/cm3. Keadaan tanah pada lapisan yang diamati ini mempunyai nilai bulk density rendah karena memiliki pori-pori tanah yang banyak. Artinya tanah pada lapisan ini sangat baik untuk dijadikan lahan pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1993), bahwa jika suatu tanah pori tanahnya banyak, maka mudah untuk menyerap air dan perakaran dari tanah tanaman mudah untuk menembus tanah tersebut.


Tanah pada lapisan ini tergolong dalam kelompok tanah mineral karena berada pada interval 1-1,6 gram/cm3. Tanah ini memilki kandungan liat tinggi dan berpori mikro sehingga kemampuan menyimpan air jauh lebih besar. Tanah bertekstur liat, memiliki kondisi lebih halus, sehingga tiap satuan berat memiliki luas permukaan yang lebih besar dan kemampuan menahan air dan unsur hara juga tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa tekstur tanah liat memilki sifat yang lekat sehingga ketika basah atau kering menjadi keras dengan interval 1-1,6 gram/cm3.


Lapisan tanah ini merupakan tanah yang cukup subur, sehingga tentunya memiliki kandungan bahan organik yang tinggi yang dapat memperkecil bulk density. Sehingga jika bahan organik yang tinggi dan jauh lebih ringan, akan memperbesar porositas tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1993), bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka Bulk densitynya semakin rendah dan sebaliknya jika kandungan bahan organik tanah rendah maka nilai bulk densitynya akan tinggi.


V. PENUTUP


5.1. Kesimpulan


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Pada lapisan I nilai bulk densitynya 1,33 gram/cm3.


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah tekstur, bahan organik, dan struktur tanah.


5.2. Saran


Karena bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah, maka sebelum penetapan lahan untuk dijadikan lahan pertanian sebaiknya memperhatikan nilai bulk density tanah untuk mengetahui kekerasan pada tanah.


DAFTAR PUSTAKA


Foth, HD. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Jakarta.


Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press: Jakarta.


Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa: Jakarta.


Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.


Sutedjo, MM dan AG Karta Saputra. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara: Jakarta.