I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tanah
sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan
unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian kemampuan tanah
menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia
berpikir dan berusaha untuk melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari
usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah dengan penammbahan bahan pupuk
yang dikenal dengan istilah: pemupukan (Hasibuan, 2006).
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat
di pabrik yang mengandung unsur hara tertentu, yang pada umumnya mempunyai
kadar unsur hara yang tinggi. Pupuk buatan mempunyai kelemahan yaitu dapat
merusak lingkungan dan mengandung sedikit unsur mikro. Sedangkan kebaikannya
adalah pemakaiannya lebih mudah dan dapat diberikan pada saat yang tepat
Kesuburan tanah tidak terlepas dari
keseimbangan biologi, fisika dan kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan
dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama
ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang
bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti : urea,
TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan.
Pemupukan merupakan salah satu usaha
pengelolaan kesuburan tanah. Dengan ppertanian akan semakin merosot. Hal ini
disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam
tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil
panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan
hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas
penyediaan hara, serta menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh pemupukan pada tanaman serta mengetahui jenis-jenis dan
sifat-sifat pupuk itu sendiri serta kaitannya dengan pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pupuk
Pupuk,
mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para petani. Pupuk
merupakan material yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik, dengan cara di tambahkan
pada media tanam atau tanaman. (Hakim, 1986).
Dalam penggunaannya tentu takaran dan cara penggunaan yang
berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, bisa saja hasil yang didapat tidak
sesuai dengan harapan bila dalam penggunaannya tidak sesuai dengan takaran dan
cara pemakaian. Jadi, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu teori atau
cara penggunaannya. (Hakim, 1986).
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk
tanaman untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Saat ini dikenal 16
macam pupuk hara yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya.
Tiga diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan
Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas mineral lainnya diserap dari dalam
tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S),
Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng (Zn), Tembaga (Cu),
Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1)
atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2)
atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk
tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai
hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).
2.2
Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman
1.
Pupuk Urea [(CO
(NH2)2]
Urea
merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan
dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak
bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea
sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau
terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam
Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. (Ruskandi, 1996).
2.
Pupuk SP 36 (Superphospat 36)
SP
36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang.
Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46
% yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan
ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya
dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan
produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986).
3.
Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium)
Pupuk
NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua
jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3,
fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam
bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk
amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan
tanaman.(Hardjowigeno, 1992).
4.
Pupuk KCl (Kalium Klorida)
Pembuatan
pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang kemudian
diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk menghasilkan pupuk
KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga
termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan
utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4.
Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran,
pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O
sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk
N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan
karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara
kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara
pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi.(Hardjowigeno,
1992).
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai
akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat
terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu. (Anonim, 2012).
5.
Pupuk Kompos
Kandungan
bahan organik pupuk kompos yang mencapai 18 % bahkan ada yang mencapai 59 %.
Unsur lain yang dikandung oleh kompos adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan
magnesium. Manfaat bokhasi pada lahan pertanian yaitu : mampu menggantikan dan
mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian
pupuk dapat ditekan, bebas dari biji tanaman, tidak berbau dan mudah digunakan
dan memperbaiki derajat keasaman tanah, selain itu sangat berguna untuk
menyuburkan tanaman. (Ruskandi,
1996).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengenalan
dan penentuan dosis pupuk dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari jumat 30 November
2011 pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam paraktikum ini adalah Alat
tulis
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum ini
adalah
1.
Pupuk Urea
2.
Pupuk NPK
3.
Pupuk SP36
4.
Pupuk KCL
5.
Pupuk kompos
3.3 Prosedur
Kerja
1. Siapkan alat
tulis.
2. Perhatikan dan
amati setiap jenis pupuk.
3. Catat nama
pupuk, kadar presentase, kandungan hara khususnya Nitrogen, Fosfat dan
Kaliumnya, bentuk dan warna masing-masing pupuk, sifat pupuk tersebut.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perhitungan :
Urea = 300
Kg/ha
·
Kebutuhan pupuk untuk lahan 5 m x 4 m
(20)
x 300.000 gram = 600 gram/petak
·
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
= 6 gram/Tanaman
SP-36 = 150 Kg/ha
·
Kebutuhan
pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20)
x 150.000 gram = 300 gram/petak
·
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
= 3 gram/Tanaman
KCL = 100 Kg/ha
·
Kebutuhan
pupuk untuk lahan 5 m x 4 m (20)
x 100.000 gram = 200 gram/petak
·
Kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
= 2 gram/Tanaman
1.1. Pembahasan
Penentuan dosis
pupuk untuk tanaman jagung yaitu pada pupuk urea jika memiliki luas lahan 20 m2
maka memerlukan 600 gram/petak pupuk urea. Sehingga dapat diketahui bahwa
kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman yaitu sebanyak 6 gram/tanaman. Pada pupuk
SP-36 jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 300 gram/petak
pupuk SP-36. Sehingga dapat diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk tiap tanaman
yaitu sebanyak 3 gram/tanaman. Pada pupuk KCl
jika diketahui luas lahan 20 m2 maka memerlukan 200
gram/petak pupuk KCl. Sehingga dapat pula diketahui bahwa kebutuhan pupuk untuk
tiap tanaman yaitu sebanyak 2 gram/tanaman.
Adanya penentuan jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan
kebutuhan tanaman akan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara
yang terdapat dalam pupuk.
Sesuai dengan hasil penentuan dosis
pupuk diatas menunjukkan bahwa meskipun jenis tanaman yang akan dipupuk sama
tetapi dosis yang ditetapkan untuk pemberian pupuk pada tanaman berbeda. Hal
tersebut tejadi karena tiap-tiap
jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis,
kelarutan, kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk
yang diberikan serta cara dan waktu pemberiannya juga berbeda-beda untuk setiap
jenis tanaman atau jenis tanah.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah
dilakukan di laboratorium dan uraian yang telah dibahas maka
dapat ditarik kesimpulkan sebagai
berikut:
1) Yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kompos
2)
Yang
termasuk pupuk anorganik adalah pupuk
Urea, pupuk SP36, KCL, NPK.
3)
Semua
jenis pupuk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
5.2. Saran
Dalam pemberian pupuk untuk tanaman
maka diperlukan penentuan dosis terlebih dahulu agar tanaman tidak mengalami
kelebihan atau kekurangan unsur hara sehingga tujuan penambahan pupuk ke tanah
dapat tercapai agar tanah menjadi subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Goeswono, S,. 1995. Masalah Kesuburan Tanah dan
Pemupukan. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. IPB. Bogor.
Mulyani. S,. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Soekirno. H,. 1992. Ilmu Memupuk. Penerbit Bina Cipta.
Bandung.